Jumat, 05 April 2019

Telegram th. 1929.

Bagi golongan muda saat ini (milenial); kalau membaca atau mendengar kata 'telegram', kemungkinan besar yang terbayang dalam benaknya adalah sebuah aplikasi  layanan 'pengiriman pesan jauh' , instan, multiplatform, tehnologi mutakhir awal abad 21 (dua puluh satu), dikirim dan langsung diterima menggunakan HP dan gratis.

Yang diunggah kali ini juga 'telegram', telegram berteknologi seratus tahun yang lalu, 'fungsinya juga sama, yaitu mengirim pesan jarak jauh. 
Pesan dikirim melalui 'kantor telegram' terdekat dan diterima di 'kantor telegram' terdekat dengan lokasi penerima. Sipengirim harus bayar sesuai dengan jumlah 'kata-kata, termasuk tanda-tanda baca' yang dikirim.
Alat pengirim dan alat penerimanya disebut 'telegraf ' menggunakan huruf 'morse' , dikantor telegram penerima, huruf morse diubah menjadi huruf biasa (latin), selanjutnya diantar ke alamat penerima pesan dalam bentuk surat/form seperti terlihat pada gambar dibawah ini. 

Dibawah ini adalah gambar selembar telegram tahun 1929.

 Dikirim oleh seorang Sultan Pontianak ditujukan kepada Pangeran Mangkoenagoro di Solo. Walaupun isi pesannya bisa untuk menambah wawasan karena mewakili jamannya, th. 1929, namun untuk menghormati pengirim dan penerima, pesannya sengaja di 'blur'.

Gambar bawah adalah kolom nama penerima : Padoeka Toean Mangkoenagoro, Solo.


Gambar atas kiri adalah kolom isian, terlihat tanggal pengiriman, tgl. 27-6-1929 dan kantor yang mengeluarkan telegram yaitu Pontianak, sedang gambar kanan adalah meterai yang terbelah, dikeluarkan oleh kantor Post, Telegraf en Telefoondienst.

Gambar bawah kolom keterangan, nomer, jumlah kata yang dikirim, tanggal, perkiraan waktu dll.

Gambar bawah kiri adalah contoh telegram (Indonesia) th 1948, sedang gambar kanan adalah telegram (Amerika) th. 1918.

'klik' saja gambar bila ingin lebih jelas.